Kamis, 01 Februari 2018

PUISI CINTA ASQO L. FATIR

Puisi Asqo L. Fatir
SAMPAN PERJALANAN


kusadari engkau adalah sampan perjalananku.
pelabuhan kecil sendiri di tepi pulau, menantikanmu dalam setiap tarikan nafasku
dan benih-benih pasir yang terbakar, mengusungku kembali padamu

kulihat sorot mata, melemparkan kata lebih banyak dari berudu di musim hujan. 
ruh dan keajaiban bagiku yang memburu kata-kata.

engkau mengeram tawa anak-anak, dan bernyanyi pada ombak.
ya, kurebahkan diriku bersama reruntuhan doa yang tertuju padamu. 
tak sanggup menumpuk bata.

mengertilah dinda, berkawan dengan penyair adalah ide gila, 
lebih banyak meregas kata dan direndam air mata.

maka izinkan kutebas matamu dengan beribu kecupan.
sebelum arus pantai menabur garam di hatimu

2017-2018


GULITA MENDEKATIKU


gulita mendekatiku malam ini
mengingatkanku pada ujung segala pelarian
rintik dan detik menabuh gendang telingaku
merobek-robek udara sepi
yang kian mencekam saja
aduuhh
hawa panas tergerus halus
aku mengayuh kaki hingga hulu
lunglai bathinku
merangkai sajak-sajak baru



Banten, 2016



KARMA

karma mendekatiku bersama kecupan
yang memburu
kau pandang aku
sedang aku tertunduk dengan sejuta
riak perak disisiku
yang melukis wajahku pada kaca

remuk dimana-mana
kiranya seperti apa aku
jalanku jauh hampir buntu
tapi tak ada jejak-jejaku,

tak ada darah, apalagi bunga
yang ada hanya lelehan semangat
yang menjelma
embun lencana

serang, 31 oktober 2016
 


KETIKA AKU SENDIRI

ketika aku sendiri
siluet masa silam seolah datang merengkuh
dan menaburkan embun pagi pada hatiku
yang beku

ketika aku sendiri
udara seolah meruncing tajam
menembus paruku yang senja
ditelan malam

ketika aku sendiri
segala di antara sisiku remuk menganga
akar-akar turun dari langit bersama
puing-puing debu

rajutan benang dari bayangan
malam itu memeluk lututku begitu dalam
aku sadar, tengadah keras
sendi sampai pada batas

Sujung, 13 Oktober 2016



ENGKAU MENGHAMPIRIKU

engkau menghampiriku
aku sadar, tembok berdarah meneteskan air hangat
yang merambat sampai pipimu
di balik hijab hitam yang kelam
pada rambut wangimu yang membumbung
kau ikat aku, diriku dengan ketiadaan

menabur wajah manismu yang meranum semu
seperti bintang pada malam yang menjanjikan
aku meneteskan senyum kecut di tingkap
rapuh kerongkongan senja

kebun-kebun maduku beralih kaktus
ada kembang pasir yang dikocok-kocok
air di halaman rumah
lava kecil itu meletup halus di kantung mataku

kulukis rasa manis pada lidahmu yang kelu
kau renggut dan memburu
dalam tegak, aku berjelaga hingga hilang



Ciloang, 18 Oktober 2016
 


AKU MENCINTAIMU
untuk kekasihku

aku mencintaimu kekasihku
seperti hujan
yang meluncur keujung warna dan gulita
seperti belaian panas
pada batang yang membuatnya tiada

aku mencintaimu
aku tak lagi keder atas rayuan dari taman
atau tombakan dari lebah penjaga madu
beribupun kau serang aku dengan luka
kubawa luka bermain bola

aku cinta akan engkau
meskiberhari kau regas aku
berpekan kau patahkan
aku datang
dengan segala rasa rindu

januari 2016