Puisi Asqo L. Fatir
SAMPAN PERJALANAN
kusadari engkau adalah sampan perjalananku.
pelabuhan kecil sendiri di tepi pulau, menantikanmu dalam setiap tarikan nafasku
dan benih-benih
pasir yang terbakar, mengusungku kembali padamu
kulihat sorot
mata, melemparkan kata lebih banyak dari berudu di musim hujan.
ruh dan
keajaiban bagiku yang memburu kata-kata.
engkau mengeram tawa
anak-anak, dan bernyanyi pada ombak.
ya, kurebahkan
diriku bersama reruntuhan doa yang tertuju padamu.
tak sanggup menumpuk bata.
mengertilah dinda,
berkawan dengan penyair adalah ide gila,
lebih banyak meregas kata dan
direndam air mata.
maka izinkan kutebas matamu dengan beribu kecupan.
sebelum arus pantai
menabur garam di hatimu
2017-2018
GULITA MENDEKATIKU
gulita
mendekatiku malam ini
mengingatkanku
pada ujung segala pelarian
rintik
dan detik menabuh gendang telingaku
merobek-robek
udara sepi
yang
kian mencekam saja
aduuhh
hawa
panas tergerus halus
aku
mengayuh kaki hingga hulu
lunglai
bathinku
merangkai
sajak-sajak baru
Banten,
2016
KARMA
karma
mendekatiku bersama kecupan
yang
memburu
kau
pandang aku
sedang
aku tertunduk dengan sejuta
riak
perak disisiku
yang
melukis wajahku pada kaca
remuk
dimana-mana
kiranya
seperti apa aku
jalanku
jauh hampir buntu
tapi
tak ada jejak-jejaku,
tak
ada darah, apalagi bunga
yang
ada hanya lelehan semangat
yang
menjelma
embun
lencana
serang, 31 oktober 2016
KETIKA AKU SENDIRI
ketika
aku sendiri
siluet
masa silam seolah datang merengkuh
dan
menaburkan embun pagi pada hatiku
yang
beku
ketika
aku sendiri
udara
seolah meruncing tajam
menembus
paruku yang senja
ditelan
malam
ketika
aku sendiri
segala
di antara sisiku remuk menganga
akar-akar
turun dari langit bersama
puing-puing
debu
rajutan
benang dari bayangan
malam
itu memeluk lututku begitu dalam
aku
sadar, tengadah keras
sendi
sampai pada batas
Sujung, 13 Oktober 2016
ENGKAU MENGHAMPIRIKU
engkau
menghampiriku
aku
sadar, tembok berdarah meneteskan air hangat
yang
merambat sampai pipimu
di
balik hijab hitam yang kelam
pada
rambut wangimu yang membumbung
kau
ikat aku, diriku dengan ketiadaan
menabur
wajah manismu yang meranum semu
seperti
bintang pada malam yang menjanjikan
aku
meneteskan senyum kecut di tingkap
rapuh
kerongkongan senja
kebun-kebun
maduku beralih kaktus
ada
kembang pasir yang dikocok-kocok
air
di halaman rumah
lava
kecil itu meletup halus di kantung mataku
kulukis
rasa manis pada lidahmu yang kelu
kau
renggut dan memburu
dalam
tegak, aku berjelaga hingga hilang
Ciloang, 18 Oktober 2016
AKU MENCINTAIMU
untuk kekasihku
aku
mencintaimu kekasihku
seperti
hujan
yang
meluncur keujung warna dan gulita
seperti
belaian panas
pada
batang yang membuatnya tiada
aku
mencintaimu
aku
tak lagi keder atas rayuan dari taman
atau
tombakan dari lebah penjaga madu
beribupun
kau serang aku dengan luka
kubawa
luka bermain bola
aku
cinta akan engkau
meskiberhari
kau regas aku
berpekan
kau patahkan
aku
datang
dengan
segala rasa rindu
januari 2016